jump to navigation

IT Taxonomy by ACM June 8, 2018

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
add a comment

Klik di sini, ttg IT taxonomy

A good abstract? September 7, 2017

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
add a comment

An abstract is like a movie trailer. The abstract should give an impression what the paper will be about. It offers a preview, highlights key points, and helps the audience decide whether to view the entire work.

MIS by Laudon 13th Ed. November 13, 2016

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
add a comment

e-book here

Kerangka Proposal Thesis S2 October 13, 2016

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
add a comment

Materi menarik, saya kutip dari teman saya Dr. Stef Santosa. Semoga bermanfaat.

kerangka-proposal-tesis2-1

Sosialisasi PKM 2015 November 2, 2015

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
add a comment

Silahkan download file2 berikut ini:
Sosialisasi PKM
Panduan PKM
Creating a Business Plan
Teknik memulai usaha

Buku gratissss !!! March 26, 2014

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
Tags: ,
add a comment

Berbagai buku matematika untuk universitas, bisa
klik di sini

Berbagai buku IT n programming, boleh
klik di sini

Berbagai buku IT management, sila
klik di sini
Selamat menikmati.

Tentang Index dari Jurnal Internasional versi DIKTI February 8, 2014

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
Tags: , , , , ,
add a comment

Laman yang sering diacu oleh jurnal ilmiah internasional :
1. ISI Knowledge -Thomson Reuter (USA )
2. SCOPUS (Netherland), http://www.scimagojr.com
3. Microsoft Academic Search, http://academic.research.microsoft.com
4. Ulrich’sPeriodicals Directory (Proquest)
5. Academic Search Complete (EBSCO)
6. Zentralblatt MATH ( Springer – Verlag)
7. DOAJ (Lund University Swedia)
8. Peridoque (EP Lausanne Switzerland)
9. SHERPA/RoMEO (Nottingham University, UK)
10. Index Copernicus(Poland)
11. Google Scholar

Informasi terkait dengan laman-laman di atas adalah sebagai berikut:

Nomor 1, 2 dan 3 dipakai sebagai acuan oleh Tim PAK untuk melihat apakah sebuah jurnal dikategorikan sebagai jurnal internasional bereputasi.
Nomor 4,5 dan 6 tidak memberikan informasi pemeringkatan jurnal.
Di laman no 7 DOAJ dalam Tahun 2013, jurnal terbitan Indonesia yang masuk dalam DOAJ sudah melewati angka 100 dan selalu bertambah setiap bulan. Jurnal yang masuk dalam DOAJ kualitasnya lebih baik dari jurnal nasional tidak terakreditasi
Laman nomor 8, 9 dan 10 tidak memberikan informasi seperti di laman no 1, 2 dan 3 . Ada yang harus mendaftar dahulu agar bisa masuk kelaman tsb.
Dari Scopus (www.scimagojr.com) akhir Agustus 2013, terdapat dua belas jurnal terbitan dari Indonesia terindeks di scopus dan diantaranya ada jurnal yang belum terakreditasi Dikti. Jurnal-jurnal tersebut sudah terindeks Scopus sejak tahun 2010 dan mempunyai SJR (indikator seperti IF di ISI Knowledge). Salah satu Jurnal belum terakreditasi Dikti tetapi sudah terindeks dan mempunyai SJR. Tim PAK berpendapat jurnal yang masuk dalam list scopus meskipun belum terakreditasi dikategorikan sebagai jurnal internasional bereputasi.
Nomor 11 tidak memberikan informasi tentang pemeringkatan jurnal.
Dalam usulan kenaikan jabatan/pangkat sering ditemui karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal tidak terakreditasi (terbitan PT sendiri) dan penulis adalah salah satu dari editor jurnal. Dosen disarankan untuk menulis karya ilmiah di jurnal yang bidang keilmuannya sebidang dan tidak diterbitkan hanya dalam jurnal yang diterbitkan di jurnal PT sendiri.

(*) dicopas dari FB

Cara menetapkan SKS Beban Kerja Dosen (BKD) January 25, 2014

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
Tags: ,
add a comment

Berikut ini saya copas apa adanya penjelasan dari Ibu Fitri Chaniago:

Berapa sks maksimal untuk masing-masing kegiatan A s/d D dalam melaksanakan tugas pokok dan penunjang Tridharma Perguruan tinggi ?
Pertanyaan ini sering dipertanyakan para dosen, termasuk ada yang tanya apakah ada perbedaan untuk dosen yang sudah serdos dan belum serdos ?

Baiklah saya tanggapi, dan akan simpan tanggapan ini di website kopertis 12 untuk bisa dipergunakan bagi yang membutuhkannya saat ini atau di kemudian hari.

ketentuan BKD berlaku sama untuk semua dosen TETAP baik yang sudah serdos maupun belum serdos, yaitu minimal 12 sks dan maksimal 16 sks per semester (untuk Profesor harus ditambah 3 sks kewajiaban khusus per tahun). Yang mempengaruhi jumlah sks tiap komponen kegiatan A-D adalah jabatan akademik yang dimiliki seorang dosen. Terus berapa sks untuk masing-masing Kegiatan A, B, C dan D. Ini cara perhitungannya:

Persentase minimal tugas pokok rujukannya Lampiran IV Permenpan & RB no. 17 tahun 2013

Untuk dosen tetap lulusan S2 dengan jabatan fungsional akademik AA maka tugas pokok dan penunjang Tridharma PT yang wajib dilaksanakannya per semester adalah :
Untuk kegiatan A:
Paling sedikit atau sama dengan 55%
untuk kegiatan B:
Paling sedikit atau sama dengan 25%
untuk kegiatan C:
Paling banyak atau sama dengan 10%
untuk kegiatan D:
Paling banyak atau sama dengan 10%

Misalnya dosen dengan jafung AA tsb mengambil 12 sks (minimal) semester ini, maka kewajiban dia dihitung sbb:
Kegiatan A minimal 55% x 12 = 6,6
Kegiatan B minimal 25% x 12 = 3
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% x 12 sks = 1,2

Misalnya ybs ambil 16 sks maksimal maka:
Kegiatan A minimal 55% x 16 = 8,8
Kegiatan B minimal 25% x 16 = 4
Kegiatan C + D masing-masing maksimal 10% = 1,6

Dosen dengan jafung Lektor:
Misalnya ambil 12 sks maka yang wajib:
Kegiatan A minimal 45% x 12 sks = 5,4
Kegiatan B minimal 35% x 12 sks = 4,2
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% = 1,2

Misalnya ambil 16 sks maka wajib:
Kegiatan A minimal 45% x 16 sks = 7,2
Kegiatan B minimal 35% x 16 sks = 5,6
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% = 1,6

Dosen dengan jafung Lektor Kepala:
Misalnya ambil 12 sks maka yang wajib:
Kegiatan A minimal 40% x 12 = 4,8
Kegiatan B minimal 40% x 12 = 4,8
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% = 1,2

Misalnya ambil 16 sks maka yang wajib:
Kegiatan A minimal 40% x 16 = 6,4
Kegiatan B minimal 40% x 16 = 6,4
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% = 1,6

Dosen dengan jafung GB selain kewajiban khusus 3 sks per tahun wajib laksanakan BKD regular 12-16 sks
Misalnya ambil 12 sks maka wajib:
Kegiatan A minimal 35% x 12 = 4,2
Kegiatan B minimal 45% x 12 = 5,4
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% = 1,2

Misalnya ambil 16 sks maka wajib:
Kegiatan A minimal 35% x 16 = 5,6
Kegiatan B minimal 45% x 16 = 7,2
Kegiatan C dan D masing-masing maksimal 10% = 1,6 sks

Pedoman BKD terbitan 2010 dan 2012 menetapkan kegiatan A+B minimal 9 sks harus laksanakan di PT sendiri, kegiatan C + D minimal 3 sks (bagi yang ambil sks maksimal) boleh dilaksankan di luar PT sendiri. Dan di PP no. 37 tahun 2009 tentang dosen menjelaskan dosen dengan tugas tambahan boleh hanya melaksakan BKD dengan kegiatan A sebanyak 3 sks di kampus yang dia pimpin.

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan apabila seorang dosen mengambil beban maksimal 16 sks, maka harus ada 3 sks untuk C+D, sehingga sisa 13 sks itu dialokasi untuk kegiatan A dan B, yang harus diperhatikan tidak boleh lebih kecil dari minimal sks yang wajib dilaksanakan sesuai Lampiran IV Permenpan & RB no. 17 tahun 2013.

Dengan demikian untuk kegiatan A sks maksimal adalah:
AA sebanyak 9 sks (untuk gandeng 4 sks minimal kegiatan B)
Lektor sebanyak 7,2 sks (untuk gandeng 5,6 sks minimal kegiatan B)
Lektor Kepala sebanyak 6,6 sks (untuk gandeng 6,4 sks minimal kegiatan B)
Profesor sebanyak 5,8 sks (untuk gandeng 5,4 sks minimal kegiatan B)

Untuk kegiatan B sks maksimal adalah:
AA sebanyak 13- sks minimal kegiatan A= 13-8,8 = 4,2
Lektor sebanyak 13-7,2 = 5,8
Lektor kepala sebanyak 13-6,4= 6,6
Profesor sebanyak 13-5,6 = 7,2

Diatas BKD 16 sks per semester dapat dilaporkan sebagai beban lebih di SIPKD.

Rujukan :

PerMenpan no. 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional dosen dan 6 Lampiran
Pengembangan Karir Dosen: Dari Kepmen 38/KEP/MK.WASPAN/8/1999 menuju Permenpan & RB 17/2013
Pedoman BKD Tahun 2012 dan Lampirannya
Lampiran Beban Kerja Dosen Tahun 2010 atau di sini
Rubrik (Lampiran Beban Kerja 2010) yang disempurnakan Agustus 2011, atau sini atau di sini
Tambahan Penjelasan dari Dikti untuk Rubrik BKD
– See more at:

Cara Menetapkan SKS BKD Maksimal untuk Kegiatan A-D Tridharma PT

7 Keahlian TI Paling Banyak Dicari di 2013 February 5, 2013

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
Tags:
add a comment

Ini copas mentah-2 dari kompas.com.
Selamat membaca.

—-
KOMPAS.com – Kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi informasi diyakini akan tetap tinggi di tahun 2013.

Namun, dengan banyaknya bahasa program, platform, protokol, dan teknologi lain, sangat sulit untuk mengetahui mana yang harus dipelajari.

Oleh karena itu, akan sangat baik apabila Anda mengetahui terlebih dahulu tren teknologi apa yang akan banyak dicari perusahaan di tahun 2013 ini.

Nah, berdasarkan survei dan berbagai sumber data lain, berikut 7 kemampuan yang kemungkinan besar akan dicari di tahun 2013, seperti dikutip dari ReadWrite.

1. Segala hal yang berkaitan dengan komputasi awan (cloud computing)

Di tahun 2013, komputasi awan masih akan menjadi tren di dunia TI enterprise. Hal tersebut terbukti dari tingginya permintaan akan karyawan yang mengerti akan teknologi komputasi awan.

Secara spesifik, perusahaan akan banyak mencari pengembang (developer) software yang memiliki kemampuan dalam hal virtualisasi, Software-as-a-Service (SaaS), dan juga familier dengan Platform-as-a-Service (PaaS).

Menurut survei, 25 persen perusahaan responden berencana untuk mengambil karyawan dengan kemampuan SaaS dan komputasi awan di 2013. Secara umum, kata SaaS dan virtualisasi akan banyak disebut dalam situs-situs pencari kerja.

2. Manajer Proyek TI

Tidak semua pekerjaan yang ada di dunia TI berkaitan dengan hal teknis. Membuat program, menjaga infrastruktur, dan mendesain software memang penting, tetapi tidak akan berguna apabila tidak ada orang yang menjaga alur proyek hingga selesai. Oleh karena itu, tidak aneh apabila 40 persen eksekutif di bidang TI sedang mencari manajer di tahun 2013 ini.

3. JavaScript

Dalam pembuatan situs, HTML dan CSS memang penting. HTML merupakan bahasa di balik pembuatan situs. Sedangkan CSS merupakan bahasa pemrograman untuk desain sebuah situs. Nah, kedua hal tersebut tidak akan lengkap dengan JavaScript yang mampu membuat berbagai hal menjadi interaktif.

Perusahaan-perusahaan saat ini tentunya ingin membuat situs mereka seinteraktif mungkin. Oleh karena itu, tidak aneh apabila pegawai dengan kemampuan JavaScript akan banyak dicari di 2013.

4. Java/J2EE

Menurut survei yang dilakukan oleh Dice, Java dan platform pengembangan J2EE akan menjadi salah satu kemampuan yang dicari pada 2013.

Berbeda dari teknologi baru seperti Android dan HTML5, kebutuhan akan kemampuan Java sebenarnya stagnan dari tahun ke tahun, tetapi kebutuhan tersebut mulai meningkat belakangan ini.

5. PHP/MySQL

PHP memang mulai kehilangan pamor dibandingkan dengan pengembangan aplikasi mobile atau teknologi programming situs jenis baru, seperti HTML5. Namun, PHP tetap saja dianggap penting.

Hingga saat ini, bahasa pemrograman ini sudah digunakan di lebih dari 20 juta situs dan berada di balik situs-situs besar, seperti Facebook dan Wikipedia. Blog atau situs yang dibangun menggunakan WordPress atau Drupal juga menggunakan PHP.

Dengan banyaknya situs yang masih menggunakan PHP, sangat wajar apabila kemampuan ini tetap banyak dicari di 2013.

6. iOS

Meningkatnya penjualan perangkat tablet dan smartphone berbasis iOS membuat lowongan pekerjaan terkait sistem operasi mobile buatan Apple tersebut juga meningkat.

Pengembangan aplikasi untuk perangkat iPhone dan iPad memang telah menjadi tren dalam beberapa tahun belakangan ini, tetapi peningkatan drastis sebenarnya baru terjadi dalam 2 tahun kemarin. Kebutuhan orang yang mengerti akan iOS meningkat di tahun 2011 dan 2012.

7. HTML5/CSS

Apa jadinya dunia situs tanpa HTML? Bahasa pemrograman inilah yang telah menjadi dasar bagi situs, dengan cascading style sheets (CSS) yang berhasil membuat situs tampak indah, dan JavaScript menambah fungsi interaktif.

Sangat wajar apabila permintaan pegawai dengan kemampuan HTML meningkat di tahun 2013 ini, mengingat mulai banyaknya situs yang menggunakan bahasa program ini.

Faktanya, pentingnya sebuah situs juga akan terus meningkat, seiring dengan berkembangnya perangkat tablet, smartphone, dan layanan berbasis awan. Konsumen tetap membutuhkan situs untuk mengakses layanan SaaS yang ada di awan. Selain itu, dari sebuah studi, diketahui banyak pengguna tablet yang tetap gemar mengakses situs.

Saat ini, bahasa pemrograman web sudah mencapai HTML5. Bahasa tersebut pun sudah didukung oleh berbagai browser versi terbaru.

Sedangkan bahasa program desain situs CSS telah mencapai versi 3.

Again : Journal Impact Factor October 5, 2012

Posted by harisvanjava in Serbaneka.
add a comment

The Journal Impact Factor is published each year by Thomson Reuters. It measures the number of times an average paper in a particular journal has been referred to.

The Impact Factor of journal J in the calendar year X is the number of citations received by J in X to any item published in J in (X-1) or (X-2), divided by the number of source items published in J in (X-1) or (X-2).

Source items

‘Source items’ is the term used to refer to full papers: original research articles, reviews, full length proceedings papers, rapid or short communications, and so on. Non-source items, such as editorials, short meeting abstracts, and errata, are not counted in the denominator although any citations they might receive will be included in the numerator.

An example follows for the fictitious Journal of Great Science:

* In year X, the Journal of Great Science received 152 citations to items published in (X-1) and 183 citations to items published in (X-2). Total citations for Impact Factor calculation = 335.

* 123 source items were published in the Journal of Great Science in (X-1), and 108 in (X-2). Total source items for Impact Factor calculation = 231.

* Year X Impact Factor for the Journal of Great Science = 335/231 = 1.450.

Impact Factor can be affected by subject field, number of authors, content type, and the size of the journal; this is described in our Perspectives in Publishing paper, from which the figure above, showing a generalized citation curve and how Thomson Reuters’ metrics relate to it, is taken.

The Impact Factor can be a useful way of comparing citability of journals, if the comparison is limited to a given subject field and the type of journals being compared (review, original research, letters) are similar. The absolute Impact Factor is of limited use, without that of other journals in the field against which to judge it.

You can find the most recent Impact Factors of our individual journals on their homepages.

Five-year Impact Factor

The five-year Impact Factor is similar in nature to the regular ‘two-year’ Impact Factor, but instead of counting citations in a given year to the previous two years and dividing by source items in these years, citations are counted in a given year to the previous five years and again divided by the source items published in the previous five years.

An example for Tetrahedron Letters:
2-yr Impact Factor: 9621 citations in 2010 to items published in 2008 and 2009 / 3675 items published in 2008 and 2009 = 2.618
5-yr Impact Factor: 23846 citations in 2010 to items published in 2005, 2006, 2007, 2008, and 2009 / 9602 items published in 2005-2009 = 2.483

A base of five years may be more appropriate for journals in certain fields because the body of citations may not be large enough to make reasonable comparisons or it may take longer than two years to disseminate and respond to published works. The two measures differ also in the amount of variability between years. The two-year Impact Factor can fluctuate by around 20% in value each year, whereas the five-year measure, while still showing changes over time, presents a much smoother variation.

The exact number in the metric may differ, but often this difference disappears when one looks at the relative position of a journal within its subject field. If the whole field evolves slower and benefits from a 5-yr measure, the rankings will not differ much.

Ranking

Journals are often ranked by Impact Factor in an appropriate Thomson Reuters subject category. As there are now two published Impact Factors, this rank may be different when using a two- or a five-year Impact Factor and care is needed when assessing these ranked lists to understand which metric is being utilized. In addition, journals can be categorized in multiple subject categories which will cause their rank to be different and consequently a rank should always be in context to the subject category being utilized.

*)Source :

www.elsevier.com/wps/find/authorsview.authors/journalperformance